Palu, Bid PRL - Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan Focus Group Discussion dengan mengusung tema "Menjaga Laut dari Sampah untuk Laut Sehat, Indonesia Sejahtera".
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari kegiatan Gita Bahari yang bertempat di Aula Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah. Jumat (4/11/2022).
Kegiatan ini dihadiri oleh 35 Lembaga, diantaranya instansi pemerintahan, yayasan konservasi dan pemerhati lingkungan dan perkumpulan masyarakat pesisir. Peserta FGD sebagai berikut Dinas Kelautan Dan Perikanan Prov. Sulteng, Bappeda Prov. Sulteng, Dinas Lingkungan Hidup Prov. Sulteng, BPSPL Kementerian Kelautan Dan Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palu, Bappeda Kota Palu, Dinas Pertanian Dan Ketahanan Pangan Kota Palu, BMKG, Universitas Al-Khairat, Universitas Tadulako, STPL, SMK 7 Palu, Yayasan Roa, Walhi, Rubalang, Komiu, Karsa, Imunitas, Dolphin, Hnsi, Arkom Indonesia, Japesda, Burung Indonesia, Soliper Palu, Yayasan Pemerhati Lingkungan, Seangle Indonesia, Lingkar Hijau Palu, Demi Bumi Palu, Domo Mo Plastik, Aliansi Jurnalis Independden, Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia, Pewarta Foto Indonesia, Bank Sampah Novea, Mangrovers, dan Bonebula.
Kegiatan FGD ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi ancaman kerusakan ekosistem perairan di Sulawesi Tengah dari pencemaran lingkungan serta progres upaya Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk menemukan dan mencari solusi terbaik dalam menanggulangi pencemaran laut serta untuk menjaga kelestarian ekosistem laut di Sulawesi Tengah.
Nur Masita, selaku Kepala Seksi Pemberdayaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Bidang Pengelolaan Ruang Laut, DKP Sulteng menegaskan bahwa “Sampah laut adalah sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. sampah plastik merupakan sampah yang mengandung senyawa polimer (sulit diurai). Sampah plastik menjadi komponen terbesar sampah laut (marine debris)”.
Kegiatan FGD dilaksanakan dalam Diskusi Panel diantaranya Apa yang sudah dilakukan sebelumnya? Apa yang akan dilakukan untuk akan datang? Kerja bersama seperti apa yang di buat?
Reza, selaku perwakilan dari BPSPL Makassar, KKP menyampaikan bahwa “Dari hasil verifikasi lapangan, terdapat timbulan sampah sepanjang area ekosistem mangrove pada wilayah Kel. Kabonga Kab. Donggala Sulawesi Tengah yang didominasi sampah anorganik (plastik) yang merupakan hasil limbah rumah tangga, Perkiraan luas area timbulan sampah dari pemetaan di lapangan adalah ± 2,14 ha, serta terdapat timbulan sampah di sekitar Pantai Talise dan Pantai Dupa yang terdiri dari sampah organik (kayu) dan anorganik (plastik).
Asep, selaku perwakilan dari BMKG menyatakan “Mungkin sampah yang menumpuk saat ini bukan hanya dari domestik, bisa saja terbawa oleh arus laut, kemungkinan sampah kiriman ke teluk palu dari Filipina dan China. BMKG juga telah melakukan pengamatan air hujan, seperti ion partikel pembawa dalam air hujan, keasaman air hujan. Saat ini air hujan di Kota Palu sudah menuju ke tingkat keasaman, dampaknya terhadap tingkat korosi pada benda logam, pencemaran berupa pengasaman tanah dan air tanah.”
Kedepannya, diharapkan penanggulangan pencemaran dan timbunan sampah di laut juga dapat segera dilakukan. Hal ini dapat berjalan dengan baik dengan koordinasi dan komunikasi yang maksimal dari seluruh pemangku kepentingan, serta upaya pencegahan berupa edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan pesisir.